Siapa yang nir mengenal ulos yg adalah kain tenun spesial Batak yang begitu manis & menarik. Ulos sendiri bisanya digunakan dalam program tata cara atau keagamaan yang mana menciptakan penampilan seorang sebagai gagah & manis dikenakan.
Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, NW Giri Adnyani menyampaikan Ulos lebih menurut sekadar tradisi. Menurutnya, Ulos nir gampang lekang lantaran panas & nir lapuk lantaran hujan.
“Ulos nir hanya menyimpan tradisi Batak yang kental & sarat makna, akan tetapi pula martabat menurut modernisasi proses akulturasi,” ungkapnya pada kabar rilis, Jumat, (14/9).
Tidak hanya pada Indonesia, sejumlah museum & universitas pada Singapura, Amerika Serikat, Inggris & Belanda bahkan ikut melakukan sebuah kajian mengenai ulos. Mereka menduga bahwa ulos adalah sebuah kain yg unik & sangat tua.
“Karya seni ini dipercaya mempunyai makna yang tinggi. Dominasi rona hitam, merah, & putihnya dievaluasi punya daya pikat. Warna merah melambangkan keberanian, putih melambangkan kesucian, & hitam melambangkan kekuatan,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pariwisata Arief Yahya menilai Ulos merupakan sebuah nilai seni & kebudayaan pujian Indonesia.https://www.pestabatak.com
Bahkan, waktu IMF Meeting pada Washington DC beberapa saat lalu, Ulos Harungguan digunakan sang para Pemimpin Keuangan menurut banyak sekali negara yang hadir pada sana.
“Sudah niscaya kita sangat bangga. Bayangkan, karya tangan-tangan terampil para penenun, sanggup terekspose pada perhelatan krusial keuangan dunia,” paparnya.
Lelaki berdari Banyuwangi ini menilai Ulos nir gampang lekang menggunakan panas & nir lapuk menurut hujan.
“Ulos, nir hanya menyimpan tradisi Batak yg kental & sarat makna,” jelasnya.
Ulos memang terlihat istimewa, sudah ditemukan keterangan bahwa ulos adalah suatu produk krusial berdari galat satu peradaban tertua pada Asia. Usianya diperkirakan telah 4.000 tahun, ulos bahkan diklaim-sebut sudah terdapat jauh sebelum bangsa Eropa mengenal tekstil.
“Ulos pula diklaim menjadi representasi menurut semesta alam. Di masa lampau, wanita -wanita Batak bangga menenun, memakai, & mewariskannya pada famili menjadi suatu pusaka,” pungkasnya.
“Semoga tenun ulos Taput pulang meraih kampiun I dalam banyak sekali perlombaan taraf nasional. Saya konfiden pada tangan mak Satika Simamora, Dekranasda Tapanuli Utara ini akan sanggup memperkenalkan Tenun Ulos semakin dikenal global luas, Saya melihat keseriusan & keuletan Ketua Dekranasda Tapanuli Utara buat membina para pengrajin,”